Jenis Penutup Feature
Jenis Jenis Penutup Feature
Beberapa jenis
penutup feature yang dikenali (Wiliamsson1973:41) dalam
buku Zulhasril (2010:125) seperti:
1.
Penutupan Ringkas (Summary ending)
Penyelesaian cerita terasa lebih klop. Ia membuat
ikatan akhir ke awal kisah (pembuka). Penuturannya tidak panjang, dapat satu
atau dua kalimat, atau dapat satu atau dua kata.
2. Penutup menakutkan (Stinger ending)
Bagai sebuah film mata-mata atau film pembunuhan.
Sejak awal cerita sudah dipersiapkan
untuk akhir yang mengagetkan, tidak disangka-sangka. Pada tengah cerita,
imajinasi pembaca "dipermainkan" untuk suatu akhir yang tidak dapat
diduga. Pada akhir cerita, ternyata bukanlah akhir yang diduga sebelumnya.
1. Penutupan
Klimaks (climax ending)
Cerita dimulai dari A dan berakhir pada Z. Meskipun
tampak kronologis, si penulis tetap dengan gaya pikat tersendiri sehingga
klimaks (Z) tetap suatu penyelesaian yang menarik.
4. Penutup Lepas (Unending ending)
Bukanlah berarti kisah tanpa akhir. Cerita berakhir
pada saat suatu persoalan tidak dijawab dengan tuntas namun diserahkan kepada
imajinasi pembaca. Adakalanya si penulis sengaja membuat pembacanya gemas atau
puas sendiri.
Sedangkan menurut Drs. Riyono dalam
bukunya “Kreatif Menulis Feature” menjelaskan lima jenis penutup
feature, yaitu
1. Penutup
Ringkasan. Penutup ini bentuk maupun sifatnya seperti sebuah ikhtisar. Ia hanya
seolah - olah mengikat ujung bagian - bagian cerita yang lepas lepas dan dengan
demikian mengarahkan dan menunjuk kembali ke teras atau intro.
2. Penutup
Menyimpulkan. Meskipun tidak secara eksplisit atau secara jelas dinyatakan
tetapi penutup ini menyimpulkan apa-apa saja yang telah diceritakan. Dalam
tulisan menyimpulkan berbeda dengan membuat ikhtisar.
3. Penutup
Klimaks. Seperti pada suatu tulisan atau karangan sastra tradisional ditulis
dengan nada makin menaik atau ditulis secara kronologis sebagaimana bata demi
bata disusun untuk kemudian menjadi sebuah rumah maka bagian cerita demi bagian
dan ketegangan demi ketegangan makin menumpuk yang akhirnya sampailah kepada
ketegangan yang paling tinggi atau puncak yang disebut klimaks.
4. Penutup
yang Mengagetkan. Dalam hal ini penulis menggunakan seluruh penulisan tubuh
cerita seolah-olah disiapkan membimbing pembaca pada suatu kesimpulan yang sama
sekali tidak terduga-duga.
5. Penutup
Tak Ada Penyelesaian. Pokok bahasan atau pokok masalah yang menjadi garapan
penulis, dengan sengaja tidak memberikan pemecahan pada bagian penutup ini.
Penulis sengaja mengakhiri ceritanya dengan sebuah penutup yang menekankan pada
salah satu atau lebih pertanyaan pokok yang tidak terjawab.
Dalam penjelasan lainnya, Sumadiria
(2011:217) menjelaskan jenis penutup untuk feature sebagai berikut:
1. Penutup
Ringkasan
Penutup ini bersifat ikhtisar, hanya mengikuti
ujung-ujung bagian cerita yang lepas lepas dan menunjuk kembali ke intro
(Bujono, Hadad 1997:54). Penutup ringkasan dimaksudkan untuk membimbing pembaca
pendengar atau pemirsa untuk mengingat kembali pokok-pokok cerita yang sudah diuraikan.
Pesan inti cerita ditegaskan kembali dalam kalimat atau redaksi yang berbeda.
Akhirnya pembaca, pendengar atau pemirsa diyakinkan tentang apa yang seharusnya
dipikirkan atau dilakukan setidak-tidaknya ia tidak memetik kesimpulan yang
keliru.
2. Penutup
Penyengat
Penutup yang mengagetkan bisa membuat pembaca
seolah-olah terloncat. Penulis hanya menggunakan tubuh cerita untuk menyiapkan
pembaca pada kesimpulan yang tidak terduga-duga. Penutup seperti ini mirip
dengan kecenderungan film modern yang menutup cerita dengan menyalahkan orang
yang baik-baik oleh orang jahat (Bujono, Hadad 1997:54)
3. Penutup
Klimaks
Penutup ini sering ditemukan pada cerita yang ditulis
secara kronologis. Ini seperti sastra
tradisional. Hanya saja dalam feature penulis berhenti bila menyelesaikan
cerita yang sudah jelas, dan tidak menambah bagian setelah klimaks cerita
tradisional. Dalam teknik penutupan, setiap bagian dan adegan dipersiapkan
dengan matang untuk mencapai ke satu titik. Tidak boleh terjadi penyimpangan
sedikitpun. Titik itu adalah klimaks.
4. Penutup
Menggantung
Penulis dengan sengaja mengakhiri cerita dengan
menekankan pada sebuah pertanyaan pokok yang tidak terjawab. Selesai
membaca, pembaca tidak mengetahui dengan
jelas apakah tokoh cerita menang atau kalah. Ia menyelesaikan cerita sebelum
mencapai klimaks, karena penyelesaian nya memang belum diketahui, atau karena
penulisannya sengaja ingin membuat pembaca tergantung-gantung.
5. Penutup
Ajakan Bertindak
Pada paragraf terakhir, penulis mementakan tentang
tingkat kerumitan persoalan dan memetakan kembali jalan-jalan yang harus sudah
dilalui. Setelah itu barulah penulis melontarkan saran, imbauan, seruan, atau
ajakan kepada pembaca, pendengar, atau pemirsa, untuk melakukan suatu tindakan
tertentu yang dianggap relevan dan sangat mendesak. Penutup jenis ini terutama
digunakan mencari dan memecahkan suatu persoalan. Penutup ini juga bisa dipilih
untuk peristiwa yang mengancam keamanan dan keutuhan masyarakat atau bangsa
seperti pada kasus-kasus unjuk rasa masif, pertentangan etnis, konflik
berkepanjangan, kerusuhan, perang.
Dari
pengertian teori penutup feature diatas, dapat disimpulkan enam jenis penutup
feature yaitu penutup ringkasan, penutup penyengat, penutup klimaks, penutup
kesimpulan, penutup tak ada penyelesaian dan penutup ajakan bertindak.
Komentar
Posting Komentar